Senin, 24 November 2014

Cuaca keabadian



Hapuslah tangisan beku dan berlalu
Tindihan itu masih basah dan sedu
Menelan masa dalam raut-raut batu
Kekerasan yang mulai melambai
Meninggalkan rasa dalam cuaca keabadian

Memainkan sejuta cengklungan Tuhan
Dalam deru mata ditetesan hembusan
Satu masa telah menerka
Menyambut setapak-demi setapak nada

Cuaca yang kehilangan nama
Dan kembali membelah cuaca dunia
Kini cuaca mulai menyekat malaikat
Sampai senja memandang begitu jahat
Kelana cuaca yang menjahit masa
Kebingungan bukanlah janin hampa
Namun kadang kurang mendekap Tuhannya

Kamis, 20 November 2014

Potret Rekam Jejak KH. Adlan Aly



Judul              : Biografi KH. Adlan Aly Karomah Sang Wali

Pengarang     : Anang Firdaus
Penerbit         : Pustaka Tebuireng media grup
Tahun terbit  : 2014
Tebal              : 260 halaman
Harga             : Rp. 55.000

K.H. Adlan lahir di Gresik pada tahun 1900 M. Setelah berhasil menghafal al-Qur’an, lantas meneruskan mencari ilmu di pesantren Tebuireng. Saat itu Pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren terbesar di pula Jawa. Menjadi salah satu santri kesayangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari,  karena memang beliau sangat senang dengan orang yang hafal al-Qur’an. Beliau  sangat menghormati seorang yang hafidz dan berkeinginan agar anak-anak beliau ada yang hafal al-Qur’an.

Beliau mempunyai obsesi kelak ada santri beliau yang hafidzul qur’an lafdlan, ma’nan wa amalan.Keinginan itu lalu dijadikan sebagai alasan kuat KH.Abdul Wahid Hasyim untuk berinisiatif mendirikan pondok huffadz yang khusus untuk menghafal dan mendalami al-Qur’an. Kini pondok tersebut lebih dikenal dengan pondok Madrasatul Qur’an. Pendiri pondok tersebut adalah KH. M. Yusuf Mahsyar, salah seorang keponakan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Rabu, 19 November 2014

Ajarkan Ganti Rugi



Salah satu pelajaran moral yang paling penting bagi anak-anak muda untuk dipelajari adalah, “ketika anda melakukan hal yang salah, anda harus melakukan hal yang benar guna memperbaikinya.” Perilaku yang buruk biasanya menciptakan beberapa jenis kebobrokan-bagi kepemilikan atau properti, hubungan, atau kedamaian dan ketertiban kelas atau keluarga. Apabila anda telah merusak sesuatu, anda berkewajiban untuk memperbaikinya.
Oleh karena itu memohon maaf merupakan satu-satunya langkah pertama yang harus iambil seorang anak ketika anak tersebut berbuat suatu kesalahan. Sebagaimana yang telah dikatakan pepatah lama, “rasa maaf tidak mengembalikan rumput kering yang hilang.” Langkah yang kedua adalah bertanya, “apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaikinya?.”
Sekolah dan para guru kadang-kadang menggunakan ganti rugi sebagai konsekuensi disipliner namun melakukan kesalahan dalam mendekte bentuk ganti rugi yang akan diambil (“kau sudah menulis di dinding, sekarang kau harus menghapusnya”) daripada meminta siswa yang bersangkutan, dengan bantuan orang dewasa apabila diperlukan, menggunakan cara yang tepat untuk memberikan ganti rugi. Masalah yang ada pada pendekatan “inilah ganti ruginya” adalah 1. Siswa yang bersangkutan akan merasa sangat marah dengan bentuk ganti rugi yang diberikan dan melakukannya dengan enggan, tanpa merasakan penyesalan atas kesalahan yang dilakukannya; dan 2. Siswa yang bersangkutan tidak diwajibkan untuk berpikir tentang kesalahannya, masalah yang diakibatkan bagi orang lain, dan apa yang akan membantu memperbaiki keadaanya dan membuat sang korban merasa lebih baik.
Tujuan ganti rugia adalah menstimulsi pemikiran siswa dan memaksimalkan perkembangan karakter yang terjai sebagai akibat dari pengalaman disipliner. Itulah alasannya mengapa lebih baik bertanya demikian kepada siswa yang bersangkutan, “ Menurut anda adakah cara yang lebih baik untuk memperbaiki kesalahan yang anda lakuakan. *bersumber dalam noktah Thomas Lickona “Character Matters.”

Buku hitam



Mataku sudah kaku melihatmu
Malamku sudah letih dengan caramu menusuk malaikat
Susahkan jiwa yang kau pasung dalam satu warna
Sekaranglah kau paham jika aku tetapah ada
Dan kini lencana horizontal tepental deras
Melangkahkan satu jiwa dalam satu warna perseteruan
Percikan terakhir dosa telah kau lakukan
Hingga tibalah otak-otak mentari
Yang menari-nari di tepian laut suci
Ombak itu masih tak berahir menyaksikan
Malam yang menelan sejuta serpihan karang dosa-dosa kering
Kisahnya masih hangat diperbincangkan
Meski kesaksian tentang buku hitam hanyalah sesaat
Dalam kesaksian keabadian Tuhan

Suara Tuhan, cantik



Menelan inci masa yang Esa
Menyorot ketajaman mata jiwa yang lepas
Salamkan aku pada langkah manusia yang beku
Mempertimbangkan peradapan pada guci percikan filsafat
Yang merintihkan sejuta makna pada jiwa-jiwa setia
Akulah saksi Tuhan pada pecahan malam yang tertusuk keabadian
Akulah saksi Tuhan dalam kekeringan cintaNya
Dan akulah jiwa yang menusuk janji Tuhan dalam maknaNya
Sejak noktah tuhan telukis dalam satu mushaf
Akulah langkah yang selalu memperhitungkan
Detik kesucian atas maktubNya
Demi mata yang melayang pada cadarNya
Demi mata yang menelan kisah disejuta makna
Dan Tuhan yang maha Kuasa
Disinah pijakan suara Tuhan itu tiba
Inilah aku makhluknya yang menelankan sejuta dosa
Entah, akulah yang salah ataukah Tuhan yang salah
Yang aku rindukan hanyalah suara Tuahan dalam keabadian







Tuhan tak pernah iseng



semua sudah menjadi nun yang melengkung indah
dalam masa yang membuatku kadang resah
dan meredupkan arah…….
pada dunia yang telah kua nggap noisy!
ya pada tombak noisylah kesaksian itu ada
maka…………..
untunglah Tuhan tak pernah iseng
hingga selalu berikan tawa pada dunia
dan………………
untunglah Tuhan selalu setia dengan
butiran-butiran indah saat separuh jiwa pecahkan malam dengan caya doa
tak ada kisah lagi kecuali tentang kegelapan dan keramain
tentang darah yang mengeras
tentang gerimis yang berakhir
dan tentang makna pembusukan tuhan
hingga jatuh pada……………….
pecahan cahaya diatas cahya yang memberiku
kisah indah dalam gulatan makna
untunglah………….
Tuhan tak pernah diam untuk
sekedar memberikan
keindaha dalam kisahku
untuk sekedar menyumbangkan makna dalam pergulatan masa
dan untuk sekedar merevolusi jiwa
hingga aku benar-benar menjadi makhluknya